Selasa, 14 Maret 2017

UANG DAN INFLASI

Apakah Uang Itu?
Uang adalah Persediaan aset yang siap digunakan untuk bertransaksi.
Fungsi Uang :
·      Alat Tukar
·      Satuan Pencatatan
·      Penyimpan Nilai

Dari fungsi utama ini diturunkan menjadi fungsi turunan :
·      Alat pembayaran yang sah
·      Alat pembayaran utang
·      Alat penimbun kekayaan
·      Alat pemindah kekayaan
·      Alat pendorong kegiatan ekonomi

Jenis Uang
·      Fiat Money (Uang atas-unjuk) : uang menurut dekrit pemerintah dan tidak memiliki nilai intrinsik
·      Commodity Money : uang yang punya nilai intrinsik

Perkembangan Uang Atas-Unjuk (Fiat Money)
Pada mulanya Pemerintah menggunakan emas sebagai mata uang. Namun karena emas mahal dan kemurnian serta beratnya harus diverifikasi, makaPemerintah lalu menerima emas dari publik untuk ditukar dengan sertifikat emas. Sertifikat emas itu dapat ditukar lagi dengan emas. Akhirnya karena tak ada yang meminta emas lagi dan semua orang menerima sertifikat/ kertas,maka kertas itu memiliki nilai dan berperan sebagai uang.

Pengendalian Jumlah Uang Beredar
Penawaran uang adalah (Money Supply) adalah Jumlah uang yang tersedia dalam perekonomian. Kebijakan Moneter adalah Hak tunggal yang dipunyai Pemerintah melalui Bank Sentral dalam melakukan kontrol terhadap jumlah uang beredar dan untuk mencetak uang.
Pengendalian jumlah uang beredar biasa dilakukan dengan:
·      Operasi pasar terbuka : membeli (meningkatkan jumlah uang beredar) dan menjual obligasi pemerintah (menurunkan jumlah uang beredar)
·      Mengubah persyaratan cadangan : tidak pernah benar-benar digunakan
·      Mengubah tingkat diskonto yang bank-bank anggota (tak memenuhi persyartan cadangan) bayar untuk meminjam dari bank sentral

Pengukuran Jumlah Uang Beredar
C + M1 = M2
C = Mata uang (Kertas dan Koin)
M1 = C + Demand Deposit, Traveler’s Cheque, Other Checkable Deposit
M2 = M1 + Retail Money Market Mutual Fund Balance, Saving Deposit, Small Time Deposit

B.      Teori Kuantitas Uang
Persamaan Transaksi dengan Jumlah Uang Beredar
M X V = P X T
M = Jumlah Uang Beredar
V = Kecepatan Perputaran Uang Dalam Transaksi Satu Periode
P = Harga
T = Transaksi

Persamaan Income dengan Jumlah Uang Beredar
M X V = P X Y
M = Jumlah Uang Beredar
V = Kecepatan Perputaran Uang Dalam Transaksi Satu Periode
P = Harga (Deflator GDP)
Y = Pendapatan (Riil GDP)
P + Y = Nominal GDP

Fungsi Permintaan Uang dan Persamaan Kuantitas
Fungsi permintaan uang (money demand function) adalah persamaan yang menunjukkan penentu keseimbangan uang riil yang orang ingin pertahankan. Fungsi permintaan uang adalah sebagai berikut :
M = Jumlah Uang Beredar
P = Harga
k = Konstanta yang menyatakan berapa banyak uang yang ditahan untuk setiap dolar pendapatan
Y = Pendapatan

Asumsi Perputaran Uang Konstan
Dengan asumsi bahwa V adalah konstan maka :
M X V = P X Y

menjadi :
 M X Û = P x Y
maka jumlah uang beredar menentukan nilai uang dari output suatu perekonomian / GDP Nominal / PY.

Uang, Harga dan Inflasi
Tiga building block dalam teori yang menjelaskan tingkat harga dalam perekonomian, yaitu :
·      Faktor produksi dan fungsi produksi menentukan level output (Y)
·      Jumlah Uang Beredar menentukan Nominal PY (GDP Nominal) – Kesimpulan dari asumsi constant velocity
·      P / GDP Devlator adalah rasio antara Nominal Output / PY / GDP Nominal dengan Level Output / Y / GDP Riil

C.      Seigniorage : Penghasilan dari Pencetakan Uang
      Seigniorage adalah peningkatan penerimaan pemerintah melalui pencetakan uang. Pencetakan uang ini mengakibatkan kenaikan jumlah uang beredar, dan akhirnya menyebabkan inflasi. Pencetakan uang ini memiliki dampak yang sama dengan menetapkan pajak inflasi. Jika kegiatan pencetakan uang ini dilakukan terus-menerus dapat memicu hiperinflasi.

D.     Inflasi dan Tingkat Bunga
Inflasi adalah Kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum.

Dua Tingkat Bunga : Riil dan Nominal
Pada saat menabung, bunga yang diterima adalah bunga nominal. Bunga nominal ini diperoleh dari bunga riil yang ditambah dengan tingkat inflasi pada tahun yang bersangkutan, yang dapat digambarkan dalam persamaan sebagai berikut :
r = i - 
r = bunga riil
i = bunga nominal
 = tingkat inflasi

The Fisher Effect
Persamaan Fisher menunjukkan pengaruh bunga riil dan tingkat inflasi terhadap bunga nominal.
i = r + 

Dua Tingkat Bunga Riil : Ex Ante dan Ex Post
Tingkat bunga riil ex ante adalah tingkat bunga riil yang diharapkan peminjam dan pemberi pinjaman ketika kesepakatan dibuat.
Tingkat bunga riil ex post adalah tingkat bunga riil yang terealisasi (aktual).
Pada kenyataannya, kita tidak bisa mengetahui berapa sebenarnya tingkat inflasi aktual. Akibatnya, persamaan fisher akan lebih tepat kalau menjadi
i = r + ∏ e

E.      Tingkat Bunga Nominal dan Permintaan Uang
Biaya Memegang Uang
Tingkat bunga nominal mempengaruhi pilihan masyarakat untuk menyimpan uang di bank atau pilihan lain seperti obligasi. Biaya yang timbul akibat adanya pilihan ini disebut biaya memegang uang. Sehingga, fungsi permintaan uang dapat ditulis:
(M/P)= L(i, Y)
Permintaan terhadap likuiditas keseimbangan uang riil adalah fungsi dari pendapatan (Y) dan tingkat bunga nominal (i). semakin tinggi tingkat pendapatan, semakin besar
permintaan untuk keseimbangan uang riil.

Uang Masa Depan dan Harga Saat Ini
Teori Kuantitas Uang : Permintaan dan Penawaran uang akan memengaruhitingkat harga, dan tingkat harga akan memengaruhi tingkat inflasi.
Fisher Effect : tingkat inflasi akan mempengaruhi tingkat bunga nominal.
Biaya memegang uang : tingkat bunga nominal akan mempengaruhi permintaan uang dimasa yang akan datang

F.       Biaya Sosial dari Inflasi
Pandangan Awam dan Respon Klasik
Orang awam menganggap Inflasi menyebabkan mereka semakin miskin. Meskipun gaji mereka di naikkan, namun kenaikan harga lebih tinggi darikenaikan gajinya.
Sementarai itu, ekonom klasik menganggap Inflasi hanya merupakan perubahan unit pengukuran saja, jika harga-harga secara umum naik dua kali lipat, maka gaji juga akan meningkat dengan jumlah yang sama. Ekonom klasik menyatakan bahwa biaya sosial dari inflasi sangatlah kecil.

Biaya Inflasi Yang Diharapkan
Bila tingkat inflasi adalah sesuai yang diharapkan, maka tetap saja akan ada akibat yang harus ditanggung, yaitu :
· Shoelather Cost adalah biaya memegang uang yang tinggi, karena jika oranghanya ingin memegang uang dalam jumlah kecil, maka dia harus lebih sering ke Bank.
·  Menu Cost adalah biaya yang harus dikeluarkan produsen karena perubahan tingkat harga barang yang dihasilkan.
·    Hukum pajak yang tidak adil. Contohnya: Jika kita membeli saham, kemudian tahun depan kita menjualnya maka ada keuntungan yang kita peroleh. Keuntungan ini sebenarnya adalah karena harga saham mengikuti tingkat inflasi (bukan keuntungan riil), tapi kantor pajak tetap saja menarik pajak penghasilan atas keuntungan penjualan saham kita.
·      Ketidaknyamanan hidup karena harga yang terus berubah tak menentu

Biaya Inflasi yang Tidak Diharapkan
Sementara itu, jika tingkat inflasi tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka akibatnya dapat dibagi menjadi dua :
1)   Jika ternyata tingkat inflasi lebih tinggi dari ekspektasi, maka debitur untung dan kreditur rugi. Namun jika ternyata tingkat inflasi lebih rendah dari ekspektasi, maka kreditur untung dan debitur rugi.
2)   Orang yang pendapatan pensiunnya tetap. Jika inflasi lebih tinggi dari harapan maka penerima pensiun dirugikan, namun jika lebih rendah maka perusahaan dirugikan.

Keuntungan Inflasi
Ada keuntungan dari inflasi—banyak ekonom berkata bahwa sedikit inflasi akan membuat pasar tenaga kerja berjalan lebih baik. Mereka mengatakan inflasi “meminyaki roda” pasar tenaga kerja.

G.     Hiperinflasi
Hiperinflasi didefinisikan sebagai inflasi yang melebihi 50 persen per bulan danlebih dari 1 persen per hari. Biaya seperti shoelather cost dan menu cost jadi lebih tinggi dengan hiperinflasi dan sistem pajak juga terdistorsi. Kemudian, ketika biaya jadi terlalu besar dengan hiperinflasi, uang kehilangan perannya sebagai penyimpan nilai, unit hitung dan media pertukaran.

Hiperinflasi biasanya diawali dengan defisit anggaran pemerintah yang dibiayai dengan mencetak uang (seigniorage). Hiperinfalsi dapat diakhiri dengan reformasi fiskal, antara lain dengan mengurangi belanja dan meningkatkan pajak.

H.     Dikotomi Klasik
Para ekonom menyebut pemisahan determinan variabel riil dan nominaladalah dikotomi klasik (classical dichotomy). Penyederhanaan teori ekonomi ini menyatakan bahwa perubahan jumlah uang beredar tak mempengaruhi variabel riil.

Pandangan klasik menyatakan ketidakrelevanan uang untuk variabel riil. Pandangan ini disebut netralitas moneter (monetary neutrality). Pandangan ini dapat mendekati benar jika digunakan untuk belajar isu-isu jangka-panjang.

DATA MAKROEKONOMI

      DATA MAKROEKONOMI

      A.   Pengukuran Nilai Aktivitas Ekonomi : Produk Domestik Bruto (GDP)
GDP adalah nilai mata uang seluruh barang dan jasa yang diproduksi  dalam satu negara pada perioda waktu tertentu.

Pendapatan, Pengeluaran dan Aliran Sirkuler

Dari diagram alir diatas, dapat dilihat bahwa GDP dapat dihitung melalui dua cara, yaitu :
1.      Pendapatan total semua orang dalam negara
2.      Pengeluaran total output barang dan jasa dalam negara
Secara keseluruhan, pendapatan harus sama dengan pengeluaranDari sini dapat diambil kesimpulan bahwa GDP mengukur aliran rupiah dalam ekonomi.

Aturan Menghitung GDP
Terdapat beberapa aturan yang harus ditaati dalam menghitung GDP, yaitu :
1.  Untuk menghitung nilai total barang dan jasa yang berbeda, pos pendapatan nasional (national income accounts) menggunakan harga pasar.
2.    Barang bekas tidak dimasukkan dalam perhitungan GDP.
3. Perlakuan terhadap persediaan bergantung apakah barang disimpan atau dibiarkan. Bila barang disimpan, nilainya dimasukkan dalam GDP. Bila dibiarkan, GDP tidak berubah. Bila akhirnya terjual, barang tersebut dianggap sebagai barang bekas (tidak dihitung).
4.  Barang setengah jadi (intermediate goods) tidak dihitung dalam GDP(hanya barang jadi), karena nilai barang setengah jadi telah dimasukkan dalam harga pasar. Nilai tambah (value added) sebuah perusahaan sama dengan nilai output perusahaan itu dikurangi nilai barang setengah jadi yang dibeli perusahaan.
5.   Sebagian barang tidak dijual di pasar dan karena itu tidak memiliki harga pasar. Kita harus menggunakan nilai terkait (imputed valuesebagai perkiraan nilainya. Misalnya, jasa perumahan dan layanan pemerintah.

GDP Riil Vs GDP Nominal
GDP Nominal adalah Nilai barang jadi dan jasa yang diukur dengan harga yangberlaku. GDP ini bisa berubah setiap saat, baik karena ada perubahan dalam jumlah (nilai riil) barang dan jasa atau ada perubahan dalam harga barang dan jasa tersebut.

Sehingga, GDP nominal Y = P x y, di mana P adalah tingkat harga dan y adalah output riil—di sini output dan GDP serupa. GDP Riil atau, y = Y / P adalah nilai barang dan jasa yang diukur menggunakan harga konstan.

Perbedaan antara riil dan nominal ini dapat juga diterapkan pada nilai moneter lain, seperti gaji. Gaji nominal (atau uang) dinotasikan oleh W dan dibagi jadi nilai riil (w) dan variabel harga (P). Sehingga : W = gaji nominal = P x w dan  w = gaji riil = W/P Konversi dari satuan nominal ke riil ini memungkinkan kita untuk menghilangkan masalah yang muncul ketika mengukur nilai rupiah yang berubah sepanjang waktu sebagaimana tingkat harga berubah.

Contoh perhitungan GDP Riil dihitung dalam ekonomi apel dan jeruk :
Misalnya, kita ingin membandingkan output pada 2009 dan 2010, kita pilih harga-dasar tahunan (base-year prices), misal harga 2009.
GDP riil pada 2009 :
(Harga Apel 2009  x  Jumlah Apel 2009) +(Harga Jeruk 2009  x  Jumlah Jeruk 2009).
GDP riil pada 2010 :
(Harga Apel 2009  x Jumlah Apel 2010) +(Harga Jeruk 2009  x Jumlah Jeruk 2010).
GDP riil pada 2011 :
(Harga Apel 2009 x Jumlah Apel 2011) +(Harga Jeruk 2009 x Jumlah Jeruk 2011).
Harga 2009 digunakan untuk menghitung GDP riil untuk semua tahun di atas. Karena harga dibuat konstan dari tahun ke tahun, GDP riil bervariasi hanya jika jumlah yang diproduksi berbeda.

GDP Deflator
GDP Nominal  mengukur nilai uang yang berlaku dari output perekonomian, sedangkan GDP Riil mengukur output yang dinilai pada harga konstan. GDP Deflator, disebut juga deflator harga implisit untuk GDP, mengukur harga output relatif terhadap harganya pada tahun dasar. GDP Deflator mencerminkan apa yang sedang terjadi pada seluruh tingkat harga dalam perekonomian.

Deflator PDB = PDB Nominal / PDB Riil
Ukuran Rantai Tertimbang GDP Riil
Penggunaan harga-dasar tahunan untuk menghitung GDP tidak selalu tepat, terutama jika yang dijadikan harga dasar adalah harga 10 atau 20 tahun lalu (misal, komputer dan biaya kuliah). Kemudian pada tahun 1995, Biro Analisis Ekonomi memutuskan untuk memakai ukuran rantai-tertimbang GDP riil. Dengan ukuran ini, tahun dasar berubah terus-menerus. Ukuran baru ini lebih baik daripada ukuran sebelumnya karena menjamin harga yang dipakai untuk menghitung GDP riil tidak terlalu out-of-date.

Harga rata-rata pada 2009 dan 2010 digunakan untuk mengukur pertumbuhan riil dari 2009 sampai 2010. Harga rata-rata pada 2010 dan 2011 digunakan untuk mengukur pertumbuhan riil dari 2010 sampai 2011, dan seterusnya. Tingkat pertumbuhan tahun-ke-tahun ini disatukan membentuk rantai untuk membandingkan output antara dua waktu.

Komponen Pengeluaran
Komponen pengeluaran terdiri dari :
-       Konsumsi (Y) : Barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga, terdiri dari barang habis pakai, barang tidak habis pakai dan jasa.
-      Investasi (I) : Pembelian barang untuk konsumsi masa depan, terdiri dari investasi bisnis tetap, investasi rumah tangga tetap dan investasi persediaan.
-   Pengeluaran Pemerintah (G) : Pembelian barang dan jasa oleh pemerintah pusat maupun daerah, seperti peralatan militer, jalan tol dan jasa layanan umum kepada masyarakat. Tidak termasuk di dalamnya bantuan kepada individu seperti bantuan sosial dan kesejahteraan, karena bantuan ini bersifat realokasi dari pendapatan yang ada dan tidak dibuat dalam rangka perolehan barang dan jasa.
-  Ekspor Netto (NX) : Nilai dari barang dan jasa yang dijual ke negara lain (ekspor) dikurangi nilai barang dan jasa yang negara lain jual ke negara kita (impor).

Dari komponen ini tercipta persamaan GDP (Y) yaitu jumlah konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor netto. Persamaan ini disebut identitas pos pendapatan nasional. Yang dituliskan sebagai berikut :
Y = C + I + G + NX

Ukuran Lain Pendapatan
Selain GDP, terdapat alternatif lain penghitungan pendapatan suatu negara, yaitu GNP. Untuk mendapatkan produk nasional bruto (gross national product, GNP), kita menambah GDP dengan penerimaan dari pendapatan faktor produksi (upah, laba, dan sewa) dari seluruh dunia dan mengurangi pembayaran dari pendapatan faktor ke seluruh dunia.

GNP = GDP + Pembayaran dari mancanegara – Pembayaran ke mancanegara

Bila GDP mengukur pendapatan total yang diproduksi secara domestik, GNP mengukur pendapatan total yang diperoleh oleh negara (penduduk suatu negara).
Selain GDP dan GNP, ada produk nasional netto (net national product, NNP), yang diperoleh dari GNP dikurangi depresiasi modal (jumlah persediaan pabrik, peralatan, dan struktur residensial yang habis dipakai selama setahun).

NNP = GNP – Depresiasi

Depresiasi disini sering disebut sebagai konsumsi dari modal tetap, yang sebanding dengan sekitar 10% dari GNP. Produk Nasional Netto hampir sebanding dengan Pendapatan Nasional. Perbedaan keduanya disebut dengan ketidaksesuaian statistik, yang timbul karena perbedaan sumber data yang tidak sepenuhnya konsisten.
Pendapatan Nasional dibagi menjadi enam komponen, tergantung dari siapa yang menghasilkan pendapatan tersebut. Enam komponen tersebut adalah :
-      Kompensasi pekerja (63,7%) : Gaji dan jaminan sosial yang diperoleh pekerja
-    Laba pemilik (8,6%) : Laba dari perusahaan nonkorporat seperti pertanian kecil, toko kelontong dan kantor advokasi hukum.
-      Pendapatan sewa (0,3%) : Pendapatan yang diterima oleh pemilik aset.
- Laba korporat (13,4%) : Pendapatan yang diterima perusahaan setelah pembayaran kepada karyawan dan kreditur.
-      Bunga bersih (5,4%) : Bunga adalah riba, dan riba hukumnya HARAM
-      Pajak tidak langsung (8,6%)
Dari Pendapatan Nasional, kita bisa menghitung Pendapatan Personal dengan rumus sebagai berikut :

Personal Income
=
National Income


− Indirect Business Taxes


− Corporate Profits


− Social Insurance Contributions


− Net Interest


+ Dividends


+ Government Transfers to Individuals


+ Personal Interest Income

Dari Pendapatan Personal, kemudian kita bisa menghitung Disposable Personal Income, dengan rumus sebagai berikut :

Disposable Personal Income = Personal Income  − Personal Tax and Nontax Payments


         B.      Mengukur Biaya Hidup : Indeks Harga Konsumen (IHK)
Indeks harga konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI) mengubah harga berbagai barang dan jasa menjadi sebuah indeks tunggal yang mengukur seluruh tingkat harga. Biro Statistik Tenaga Kerja  mengukur semuanya dengan menghitung harga sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen tipikal. CPI adalah harga sekeranjang barang ini relatif terhadap harga keranjang yang sama pada tahun dasar.

Contoh Perhitungan :
Konsumen membeli 5 apel dan 2 jeruk setiap bulan. CPI dihitung sebagai berikut CPI = ((5 x Harga Apel Sekarang) + (2 X Harga Jeruk Sekarang)) /  ((5 x Harga 2010) + (2 X Harga Jeruk 2010))        

Pada perhitungan CPI, 2010 adalah tahun dasar. Index menyatakan berapa yang harus dibelanjakan untuk membeli 5 apel dan 2 jeruk sekarang relatif terhadap harga sekeranjang buah yang sama tahun 2010.

Indeks Harga Konsumen Vs GDP Deflator
Deflator GDP mengukur harga semua barang yang diproduksi, sementara CPIhanya mengukur harga barang dan jasa yang dibeli konsumen. Sehingga, peningkatan harga barang yang dibeli hanya oleh perusahaan-perusahaan dan pemerintah akan muncul dalam deflator GDP, bukan dalam CPI.

Perbedaan lain adalah deflator GDP hanya mencakup barang dan jasa yang diproduksi secara domestik. Barang-barang impor bukan bagian dari GDP dan karenanya tidak muncul dalam deflator GDP.

Perbedaan ketiga adalah cara keduanya mengagregasi harga. CPI menerapkan timbangan tetap pada harga barang yang berbeda-beda, sementara deflator GDP menerapkan timbangan yang berubah.

     C.      Mengukur Pengangguran : Tingkat Pengangguran
Angkatan kerja (labor force) didefinisikan sebagai jumlah orang yang bekerja dan orang yang menganggur, dan tingkat pengangguran (unemployment rate)didefinisikan sebagai persentase dari angkatan kerja yang tidak bekerja.

Tingkat partisipasi angkatan kerja (labor-force participation rate) adalah persentase dari populasi orang dewasa yang ada dalam angkatan kerja.
 Tingkat Pengangguran = Jumlah Penganggur / Angkatan Kerja X 100%
 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja = Angkatan Kerja / Populasi Dewasa X 100%

Survei Rumahtangga dan survei pembangunan
Biro statistik menyelenggarakan dua survei tentang angkatan kerja, sehingga menghasilkan dua ukuran angkatan kerja. Survei pembangunan mengestimasi jumlah pekerja yang perusahaan miliki berdasarkan daftar gaji.

Survei rumah tangga mengestimasi jumlah orang yang mengatakan mereka bekerja.
Dua ukuran angkatan kerja tidak perlu identik, meskipun berkorelasi positif.
Beberapa ahli ekonomi meyakini bahwa survei pembangunan lebih akurat karena memiliki ukuran sampel yang lebih besar.