PERMINTAAN AGREGAT I
1.2 Permintaan
Agregat : Tingkat Harga Dan Perbelanjaan Riil
Perbelanjaan
agregat ( aggregate expenditure atau AE ) adalah konsep yang banyak digunakan
dalam analisis model pertama, yaitu analisis yang memisalkan bahwa harga dan
suku bunga tetap. Dalam analisis tersebut perbelanjaan agregat memberikan
gambaran tentang tingkat perbelanjaan yang akan dilakukan dalam perekonomian
pada berbagai tingkat pendapatan nasional. Permintaan agregat atau aggregate demand
(AD) menggambarkan hubungan yang sedikit berbeda. Permintaan agregat
menunjukkan suatu hubungan diantara tingkat harga dengan nilai riil
perbelanjaan yang akan dilakukan dalam perekonomian.
•
Permintaan
Agregat ( Aggregate Demand, AD) adalah hubungan antara jumlah output diminta dan tingkat
harga agregat. Ini menyatakan jumlah barang dan jasa yang orang ingin dibeli
pada tiap tingkat harga tertentu.
•
Ingat
Teori Kuantitas Uang (MV=PY) ,tidak realistis, namun asumsi yang memudahkan
yaitu perputaran uang adalah konstan. Juga, ketika memahami persamaan ini,
ingat persamaan kuantitas uang riil yaitu : M/P =
(M/P)d = kY, dimana k=1/V adalah parameter
penentu berapa banyak uang orang ingin pegang untuk tiap dolar pendapatan.
Persamaan ini menyatakan bahwa penawaran keseimbangan uang M/P sama dengan
permintaan dan bahwa permintaan adalah proporsional terhadap output.
•
Kurva
permintaan agregat menunjukkan hubungan negatif antara tingkat harga (P) dan
jumlah barang dan jasa yang diminta (Y). Digambarkan untuk nilai jumlah uang yg
beredar (M) tertentu. Kurva ini miring kebawah : semakin tinggi tingkat harga,
semakin rendah keseimbangan riil M/P , dan karenanya semakin rendah jumlah
barang dan jasa yg diminta.
Kurva
AD selalu merupakan suatu garis yang menurun dari kiri atas ke kanan bawah
dalam perekonomian. Sifat kurva AD menurun ini disebabkan oleh beberapa faktor.
Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan agregat didalam suatu perekonomian
adalah :
a. Pendapatan disposible (Yd) atau
pengeluaran konsumsi
b. Tingkat bunga (r)
c. Investasi (I)
d. JUB (real money supply atau Ms/P)
e. Pengeluaran pemerintah (G)
f.
Pajak
(T)
g. Pendapatan luar negri (Yf)
h. Harga luar negri ( Pf)
i.
Nilai
tukar riil ( Exchange rate atau ER)
Kenaikan
didalam pendapatan disposible (Yd), pengeluaran konsumsi (C), pengeluaran
investasi (I), penawaran uang riil (Ms/P), pengeluaran pemerintah (G),
pendapatan luar negri (Yf), tingkat harga luar negri (Pf) dan penurunan tingkat
bunga (r), pajak (T) dan nilai tukar kurs mata uang (ER) akan membawa kenaikan didalam
permintaan agregat, atau menggeser kurva permintaan agregat kekanan.
Sebaliknya, apabila terjadi penurunan dalam Yd, C, I, Ms/P, G, Yf, Pf dan
kenaikan didalam I, T, E, R tersebut akan menurunkan AD atau menggeser kurva AD
ke kiri atas.
Secara
sistematis :
• Y =C + I + G + NX (Perekonomian
Tertutup)
• Y = C + I +
G + (X-M)
(Perekonomian Terbuka)
Dimana :
C = Konsumsi
I = Investasi
G = Pengeluaran Pemerintah
X = Ekspor
M = Impor
Hubungan yang ditunjukkan :
• Hubungan tingkat harga dan konsumsi
– (P) ↓ (C) ↑ → (AD) ↑
Pada saat harga turun pasti
masyarakat akan menaikkan konsumsi sehingga permintaan akan barang/jasa akan
naik dan menyebabkan AD naik.
• Hubungan tingkat harga dan investasi
– (P) ↓ (r) ↓ → (AD) ↑ dan (I) ↑
• Hubungan tingkat harga dan expor neto
– (P) ↓ (r) ↓ (M) ↓ → (X-M) ↑ dan (AD) ↑
1.2 PERGESERAN KURVA AD KE LUAR
Seiring
tingkat harga menurun, Kita bergerak kebawah sepanjang kurva AD. Tiap perubahan
pada M atau V akan menggeser kurva AD. Ingat permintaan output riil bervariasi
berbanding terbalik dengan tingkat harga.
Peningkatan
jumlah uang beredar M meningkatkan nilai output nominal PY. Untuk tiap tingkat
hargat P tertentu output Y menjadi lebih tinggi. Jadi peningkatan JUB menggeser
kurva AD ke luar dari AD’ menjadi AD. Seperti gambar dibawah ini :
1.3
PERGESERAN KURVA AD KE DALAM
Penurunan
JUB, mengurangi nilai output nominal PY. Untuk tiap tingkat harga tertentu
output Y menjadi lebih rendah. Jadi penurunan JUB menggeser kurva AD kedalam
dari AD menjadi AD’.
1.4 PROSES PRODUKSI DAN PENDAPATAN MASYARAKAT
Dijelaskan
sebagai berikut :
Produsen
membuat rencana untuk produksi dengan melihat situasi/kondisi pasar barang,
kemudian dilakukan proses produksi yang kemudian menghasilkan barang dan jasa
(Q) , juga produsen memberikan upah atau balas jasa kepada karyawan yang
menjadi penghasilan (Y). Dan dari penghasilan (Y) tersebut digunakan untuk
konsumsi (C) juga untuk saving (S). Dari barang dan jasa (Q) yang dihasilkan
didistribusikan kedalam pasar barang.
1.5 FUNGSI
INVESTASI
Variabel
ekonomi ditentukan oleh tingkat bunga dan Marginal Efficiency of Capital (MEC).
Tingkat
keuntungan yang diharapkan tersebut disebut dengan Marginal Efficiency of
Capital (MEC).
·
Bila
MEC lebih kecil dari tingkat bunga, maka investasi tidak dilaksanakan
·
Bila
MEC lebih besar dari tingkat bunga, maka investasi dilaksanakan
Investasi adalah pengeluaran oleh
swasta untuk pembelian barang-barang dan jasa yang akan dipakai dalam proses
produksi atau dengan kata lain sama dengan permintaan oleh swasta terhadap
barang dan jasa (input) yang diperlukan untuk investasi produktif. Faktor yang
menentukan pengeluaran investasi berbeda dengan konsumsi.Perbedaanya terletak
dalam hal tujuan membeli barang, yaitu untuk invesatasi dengan harapan untuk
mendapatkan keuntungan sedangkan konsumsi dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan pokok. Perbedaan lain adalah sumber pembiayaan untuk investasi dapat
berasal dari berbagai sumber pembiayaan dan keuangan dimana jumlahnya tidak
tergantung dari kondisi keuangan sekarang tetapi pada harapan kondisi keuangan
dimasa mendatang. Pembiayaan konsumsi rumah tangga berasal berasal dari
pendapatan sekarang.Jadi pengeluaran investasi jumlahnya bisa jauh melebihi
jumlah pendapatan sekarang, jadi tidak tergantung dengan income.Apa yang
menentukan besarnya investasi dalam masyarakat?
Faktor
yang menentukan pengeluaran investasi ada dua yaitu harapan keuntungan
(expectation of future profit) yang akan diperoleh dimasa mendatang dan biaya
dari uang yang harus ditanggung akibat pengeluaran uang tersebut. Harapan
keuntungan tersebut biasanya dinyatakan dalam persentase keuntungan per satuan
waktu dan biaya penggunaan dana dinyatakan dalam persentase atau disebut
tingkat bunga. Sebuah investasi akan dilakukan apabila harapan keuntungan lebih
besar dari biaya penggunaan dana atau tingkat bunga (interest rate). Semakin besar
selisih kedua faktor ini maka semakin besar pula investasi yang akan dilakukan.
Tingkat keuntungan yang diharapkan tersebut disebut dengan Marginal Efficiency
of Capital (MEC). Semakin besar selisih antara MEC dengan tingakat bunga yang
berlaku maka akan semakin besar pula volume investasi yang akan dilakukan.
Secara grafik dapat dilihat seperti pada Gambar 5.2.Grafik MEC adalah negatif,
berbanding terbalik dengan tingkat bunga yang berlaku.Semakin rendah bunga yang
berlaku maka semakin besar pula harapan keuntungan sehingga investasi juga
semakin besar.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi investasi tersebut dapat juga dinyatakan secara matematis
sebagai berikut:
I
= K – bi b > 0 (5.8)
Gambar 5.2
Marginal
Efficiensy of Capital atau harapan keuntungan dari investasi yang dikeluarkan,
dapat dinyatakan dengan hubungan investasi kumulatif dengan tingkat bunga yang
berlaku.Semakin rendah bunga yang berlaku berarti semakin tinggi harapan untuk
meraih keuntungan dimasa mendatang sehingga investasi semakin naik.
K
adalah investasi yang otonom atau exogenous, i adalah tingkat bunga dan b
adalah koefisien yang menunjukkan seberapa sensitive investasi tersebut
terhadap perubahan tingkat bunga.Sesuai dengan grafik 5.2 diatas maka koefisien
b adalah bertanda negatif yang berarti semakin rendah tingkat bunga maka
semakin tinggi pengeluaran investasi karena semakin banyak proyek investasi
yang layak untuk dilaksanakan.
Selain
dari faktor bunga, dalam kenyataan sehari-hari investasi bukan hanya ditentukan
oleh bunga tetapi dipengaruhi oleh banyak faktor ekonomi yang lain dan bahkan
juga dipengaruhi oleh faktor sosial dan politik. Misalnya keamanan, kestabilan
politik, kepastian hukum di suatu Negara berpengaruh sangat besar terhadap
masuknya investor dari luar negeri.
Setelah
diketahui faktor yang mempengaruhi komponen aggregate demand maka pertanyaan
selanjutnya adalah bagaiman mekanisme komponen AD tersebut mempengaruhi output
atau pendapatan.Hal ini dapat dijelaskan melalui konsep multiplier. Sebelum
diterangkan lebih lanjut maka ada beberapa asumsi yang harus dibuat, yaitu,
Pertama,
pengeluaran pemerintah (G) adalah exogenous, artinya besarnya tidak ditentukan
didalam sistem atau ditentukan oleh faktor-faktor tertentu yang tidak dapat
diprediksi.Faktor yang menentukan besarnya anggaran pemerintah lebih banyak
ditentukan oleh kemauan politik pemerintah, bukan variable ekonomi.
Kedua,
pengeluaran investasi juga diasumsikan exogenous, hal ini semata-mata untuk
memudahkan dalam analisis.Sebetulnya investasi, seperti diuraikan diatas,
ditentukan oleh tingkat bunga (i), tetapi dalam uraian berikut ini sementara dinggap
exogenous.
Ketiga,
analisis dilakukan dalam ekonomi tertutup, artinya tidak ada export dan import
dalam pengeluaran agregat (AD). Ketiga asumsi ini tidak mengurangi atau merubah
validitas analisis yang dilakukan. Bila ketiga asumsi ini dimasukkan dalam
analisis maka hasilnya akan tetap sama.
Sekarang
kita mulai analisis dengan sebuah contoh berikut. Misalnya, bila pengeluaran
aggregate dinaikan sebesar D maka berapa besar dampaknya terhadap output? Bila
ada tambahan pengeluaran aggregate atau permintaan agregat sebesar D maka akan
terjadi tambahan produksi sebesar D dan kenaikan output atau income sebesar D
juga. Selanjutnya pengeluaran sebesar D tadi akan menjadi pendapatan bagi
penjual yang menerima pengeluaran D. Oleh penjual ini uang sebesar D akan
dibelanjakan lagi untuk memenuhi kebutuhannya tetapi tidak sebesar D. Besarnya
pengeluaran pada putaran kedua ini adalah z∆ D yaitu sesuai dengan
kecenderungan berbelanja mereka atau Marginal Propencity to Consume (MPC).
Tambahan income yang tercipta adalah sebesar ∆D + z∆D atau (1+z) ∆D.
Demikianlah seterusnya akan terjadi pelipatan dampak secara berantai melalui
putaran pengeluaran antara konsumen dan penjual atau produsen. Dampak akhir
dari tambahan pengeluaran sebesar ∆D adalah sebesar 1/(1-z) kali ∆D yang
merupakan penjumlahan dari semua tambahan income pada setiap putaran (Tabel
5.1).
TABEL
5.1 Multiplier atau faktor pelipat
Putaran
|
Penambahan Permintaan
|
Penambahan Produksi
|
Jumlah Kenaikan Output
|
1
|
∆ D
|
∆ D
|
∆ D
|
2
|
z∆ D
|
z∆ D
|
(1+z) ∆ D
|
3
|
z²∆ D
|
z²∆ D
|
(1+z+z²)∆ D
|
4
|
z³∆ D
|
z³∆ D
|
(1+z+z²+z³)∆ D
|
Penjumlahan
|
Tambahan
pengeluaran ∆ D dapat berupa konsumsi, investasi atau pengeluaran pemerintah
dan dampak akhirnya hampir sama bila pengeluaran tersebut diasumsikan sebagai
pengeluaran independent, atau disebut dengan pengeluaran autonomous, artinya
tidak tergantung dengan faktor lain.
Dari
uraian diatas dapat ditulis bahwa total tambahan income adalah sebagai berikut:
∆
AD = = ∆ Y0 (5.8)
Dimana
= α = multiplier. Atau dapat juga ditulis :
Bila
pengeluaran naik sebesar 100 juta dan MPC adalah 0.8, berapa tambahan
pendapatan akibat tambahan pengeluaran tersebut? Dengan memasukkan angka diatas
maka didapat tambahan pendapatan ∆Y = 1/(1-0,8) kali 100 = 500 juta. Berarti
multipliernya adalah sebesar 5 kali lipat. Multiplier didefinisikan sebagai
besarnya kelipatan perubahan output akibat perubahan satu unit pengeluaran (C,
I, G).
Formula
multiplier ini dapat diturunkan dengan cara lain. Besarnya setiap perubahan
output yang terjadi harus sama dengan besarnya perubahan aggregate demand
sehingga,
∆
Y0 = ∆ AD. (5.9)
Tambahan
pengeluaran (∆AD) sama dengan tambahan pengeluaran putaran pertama ∆D ditambah
dengan pengeluaran yang disebabkan oleh pelipatan (multiplier), c∆Y0 sehingga
∆
AD = ∆ D + c∆Y0 (5.10)
Gabungan
persamaan (5.9) dengan (5.10) didapatkan persamaan,
∆
Y0 = ∆ D + c∆Y0
c∆
Y0 = (5.11)
Atau
multiplier dapat juga diturunkan dari persamaan konsumsi dan agregat demand
seperti dibawah ini.
Y
= AD = C + I + G
Substitusikan
fungsi konsumsi kedalam persamaan diatas.
Y
= a + I + G + cY (5.12)
Kumpulkan
faktor Y dan autonomous spending sehingga:
Y
– cY = D
Y
= D
Proses
dari pelipatan income atau multiplier ini dapat digambarkan secara grafis pada
Gambar 5.3.
Pada
awalnya titik keseimbangan adalah pada titik E0 dengan pendapatan OY0 dan
pengeluaran agregat OAD0. Kemudian sektor bisnis melihat ada prospek untuk
meraih keuntungan dimasa yang akan datang sehingga mereka menambah investasi
sebesar ∆D (dapat berupa ∆I). Misalkan tambahan investasi ini meningkatkan AD
pada putaran pertama sebesar AE0. Penambahan AD ini langsung menjadi tambahan
pendapatan bagi penjual barang input yang dibeli oleh investor, yaitu sebesar
AB dan selanjutnya direspon oleh produsen dengan manaikan output dengan jumlah
yang sama. Pada putaran kedua tambahan output atau pendapatan kembali
dibelanjakan sesuai dengan MPC yaitu sebesar cAB = BC. Pengeluaran tambahan AD
ini kembali menaikan pendapatan dan direspon oleh produsen dengan menaikan
output sehingga akhirnya proses ini berhenti pada titik E1 dengan tingkat
pengeluaran yang lebih tinggi dari semula yaitu, yaitu AD0 AD1.dan pendapatan
juga lebih tinggi yaitu sebesar 1/(1-c) kali lipat dari ∆D atau Y0Y1.
Secara
geometric MPC adalah slope atau kemiringan dari kurva kosumsi. Karena kurva
Consumsi menurut persamaan (5.4) adalah C = a + cY, maka MPC adalah koefisien
c, yaitu sama dengan = .
Gambar
5.4.Penurunan Multiplier secara garfik. Pada titik keseimbangan E0, Y0 = AD0 =
cY + D. Ketika terjadi penambahan pengeluaran ∆D (dapat berupa I atau G) maka
titik keseimbangan berubah. Mula-mula tambahan permintaan menjadi E0A, tambahan
permintaan ini merupakan tambahan income sebesar AB bagi penjual (E0A=AB).
Melalui proses multiplier tambahan income ini mendorong permintaan lanjutan
(BC) yang kemudian kembali direspon oleh produsen dengan menaikan output.
Demikian seterusnya sampai proses ini berhenti pada titik keseimbangan baru E1
sehingga tambahan AD atau output menjadi 1/(1-c) kali ∆D yang tidak lain adalah
sama dengan Y0Y1= AD0 AD1.
Dari
uraian diatasa ternyata besaran multiplier tergantung dengan besaran MPC atau
koefisien c, yaitu proporsi dari income yang dibelanjakan oleh konsumen untuk
keperluan konsumsi.Semakin besar proporsi income yang dibelanjakan maka semakin
besar pula multiplier dan semakin besar pula dampaknya terhadap kenaikan income
atau output. Tetapi harus diingat bahwa proses ini hanya bisa berlangsung dalam
waktu pendek. Dalam jangka panjang hal ini tidak bisa berlanjut karena income
tidak bisa ditopang oleh konsumsi yang tinggi saja karena konsumsi juga
teragantung dari income, sedangkan income / output juga ditentukan oleh faktor
ril seperti investasi disamping konsumsi, pengeluaran pemerintah dan net
export.
Secara
empiris hal tersebut diatas adalah benar bahwa konsumsi dalam jangka pendek
bisa mendorong pertumbuhan ekonomi karena ekonomi belum mencapai full
employement.Misalnya masih banyak pabrik yang belum bekerja penuh, tenaga kerja
banyak yang menganggur, dan seterusnya sehingga output masih bisa didorong
tumbuh tanpa investasi baru.Tetapi untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang,
artinya setelah ekonomi mencapai full employement, maka diperlukan investasi
baru untuk berlanjutnya pertumbuhan ekonomi.Bayu 005
Halo Semua, nama saya Jane alice seorang wanita dari Indonesia, dan saya bekerja dengan kompensasi Asia yang bersatu, dengan cepat saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua orang Indonesia yang mencari pinjaman Internet agar berhati-hati agar tidak jatuh ke tangan penipu dan fraudstars banyak kreditur kredit palsu ada di sini di internet dan ada juga yang asli dan nyata,
BalasHapusSaya ingin membagikan testimonial tentang bagaimana Tuhan menuntun saya kepada pemberi pinjaman sebenarnya dan dana pinjaman Real telah mengubah hidup saya dari rumput menjadi Grace, setelah saya tertipu oleh beberapa kreditor kredit di internet, saya kehilangan banyak uang untuk membayar pendaftaran. biaya. . , Biaya garansi, dan setelah pembayaran saya masih belurrm mendapat pinjaman saya.
Setelah berbulan-bulan berusaha mendapatkan pinjaman di internet dan jumlah uang yang dihabiskan tanpa mendapat pinjaman dari perusahaan mereka, maka saya menjadi sangat putus asa untuk mendapatkan pinjaman dari kreditor kredit genue online yang tidak akan meningkatkan rasa sakit saya jadi saya memutuskan untuk Hubungi teman saya yang mendapatkan pinjaman onlinenya sendiri, kami mendiskusikan kesimpulan kami mengenai masalah ini dan dia bercerita tentang seorang pria bernama Mr. Dangote yang adalah CEO Dangote Loan Company.
Jadi saya mengajukan pinjaman sebesar (Rp400.000.000) dengan tingkat bunga 2% rendah, tidak peduli berapa usiaku, karena saya mengatakan kepadanya apa yang saya inginkan adalah membangun bisnis saya dan pinjaman saya mudah disetujui. Tidak ada tekanan dan semua persiapan yang dilakukan dengan transfer kredit dan dalam waktu kurang dari 24 jam setelah mendapatkan sertifikat yang diminta dikembalikan, maka uang pinjaman saya disimpan ke rekening bank saya dan mimpiku menjadi kenyataan. Jadi saya ingin saran semua orang segera melamar kepada Mr. Dangote Loan Company Via email (dangotegrouploandepartment@gmail.com) dan Anda juga bisa bertanya kepada Rhoda (ladyrhodaeny@gmail.com) dan Mr. jude (judeelnino@gmail.com) dan Juga Pak Nikky (nicksonchristian342@gmail.com) untuk pertanyaan lebih lanjut
Anda juga bisa menghubungi saya melalui email di ladyjanealice@gmail.com